ALLAH BAYAR SECARA TUNAI

ALLAH BAYAR SECARA TUNAI

ALLAH BAYAR SECARA TUNAI
(Wajib baca kalau anda seorang anak manusia)

Dikisahkan oleh seorang ustadz dinegeri Jiran (kisah nyata)

1 hari saya pergi ke satu Rumah Panti Jompo,
Seorang sahabat meminta bantuan,
Agar saya dapat menyalurkan bantuan kepada orang miskin,

Saya belikan kain sarung,
Beli roti,
Dll,
Saya pun pergi ke Panti Jompo yang saya kenal,
Tak usah saya sebut namanya,

Saat sampai kendaraan kami di perkarangan Panti Jompo tsb,
Tiba-tiba ada seorang ibu tua berlari dari asrama (panti) mendekati saya,
.
"Ye...
Ye...
Anak aku datang,
Anak aku datang,
Senangnya anak aku datang..."

Saya tak mengenal beliau siapa,
Ibu itu memeluk saya,
Dia cium saya,

Baca Juga: 
  • Mengatasi Rasa Was-was dalam Hati
  • Cara Agar Sabar dalam Mendidik Anak

  • 0rang tua itu berkata...

    "Nak...
    Kenapa tinggalkan ibu disini nak,
    Ibu mau pulang...
    Ibu rindu rumah kita..."

    Saya waktu itu...
    Hampir tak bisa berkata-kata,
    Ya Allah...
    Saya coba mengucapkan kata...

    "Bu..."

    Saya pegang tanganya,
    Saya lihat mukanya,
    Dia bilang...

    "Sampai hati nak,
    Kau tak mengaku aku ini ibu kau..."

    Bisa saya bayangkan,
    Bagaimana perasan beliau begitu rindu pada anak nya,
    Saya coba berpura-pura,
    Seolah-olah saya anaknya, saya berkata...

    "Bu...
    Maafkan saya ya..."

    Saya pegang tangannya, saya ajak duduk atas kursi,
    Saya ambil roti, dl
    Dan saya suapkan ke mulutnya,
    Tak terasa menetes air mata dipipi,

    Mencoba bayangkan,
    Hati seorang ibu yang rindu kepada anaknya,
    Bila kita anaknya,
    Mengambilkan sepotong roti,
    Kita suapkan kemulutnya,
    Bagaimana perasaan beliau ?
    Bagaimana perasan kita ?

    Saya coba usap air matanya yang meleleh dipipi,
    Dia pegang tangan saya,
    Subhana Allah...
    Saya bisa merasakan bagaimana perasaan beliau yang begitu rindu kepada anaknya,

    Saat saya hendak pulang,
    Dia pegang kaki saya sambil berkata...

    "Nak...
    Jangan tinggalkan ibu nak,
    Ibu mau balik,
    Ibu mau pulang..."

    Akhirnya saya minta izin dengan pihak pengawas panti di situ,
    Melihat data beliau ternyata anaknya ada 5 orang,
    Yang paling besar bergelar Tan Sri,
    0rangnya memang kaya,
    Punya nama besar,
    Dan hebat orangnya,

    Waktu saya izin pulang,
    Dia pegang baju saya,
    Dia bilang mau ikut saya pulang,
    Saya bilang
    "Di mobil ada banyak barang",
    "Tak apa kata ibu itu,
    Saya duduk sama barang-barang,
    Itu"...

    Akhirnya saya izin ke pengelola panti untuk membawa ibu itu selama 5 hari saja,

    Pulang ke rumah saya,
    Sholat Subuh saya jadi Imam dia makmum di belakang,
    Saya baca doa, sl
    Saya tengok air mata beliau jatuh,
    Selesai doa saya salami beliau,
    Saya cium tangannya,
    Saya bilang...

    "Bu...Maafkan saya ya..."

    Waktu itu,
    Saya tak membayangkan,
    Kalau ibu saya sudah meninggal,
    Tapi saya bayangkan ibu ini adalah ibu saya,
    Sebab dia rindu pada anak-anaknya,

    Di hari ketiga di rumah saya,
    Waktu Sholat Isya',
    Selesai doa saya salami beliau,
    Dia lapisi tangannya dengan kain mukena-nya,
    Dia salam,

    Saya bilang...

    "Bu...
    Kenapa ibu lapisi tangan ibu ?,
    2 hari yang lalu ibu salam,
    Ibu tak lapisi tangan ibu dengan saya,
    Kenapa hari ini ibu lapisi tangan ?"

    Dia bilang...

    "Ustaz...
    Kau bukan anak saya kan..."

    Subhanaallah...
    Tiba-tiba dia sebut nama saya "Ustaz",
    Saya bilang...

    "Kenapa ibu panggil saya ustaz ?
    Saya anak ibu..."

    Dia berkata...

    "Bukan...
    Kalau anak saya dia tak akan seperti ini,
    Kalau anak saya dia tak akan jadi imam saya,
    Kalau anak saya dia tak akan suap saya makan..."

    Bayangkan sahabat-sahabat bagaimana perasaan ibu ini,
    Spontan saya pegang dia,
    Saya peluk dia,
    Saya menangis,
    Saya bilang...

    "Bu...
    Walaupun bukan ibu saya,
    Tapi saya sayang ibu seperti ibu saya..."

    Saya pegang tangan ibu ini...
    Walaupun bukan ibu saya,
    Tapi saya tahu hatinya sangat rindu dekat dengan anaknya,
    Waktu itu saya pandang wajahnya,
    Saya bilang...

    "Bu...
    Walaupun ibu saya telah tiada,
    Tapi ibu boleh ganti menjadi ibu saya,
    Ibu duduklah di sini..."

    Saat makan,
    Saya suapkan nasi ke mulutnya,
    Dia muntahkan balik makan dari mulutnya,

    Saya tanya...

    "Kenapa bu ?"

    Tiba-tiba saya lihat wajahnya pucat,
    Saya angkat dia,
    Panggil ambulan antar ke rumah sakit,

    Waktu di RS,
    Saya ambil kepalanya dan saya rebahkan ibu ini,
    Dia pegang tangan saya dia berkata...

    "Ustaz...
    Kalau saya mati,
    Tolong jangan beritahu sorang pun anak saya,
    Kalau saya sudah mati,
    Jangan beritahu mereka di mana makam saya,
    Kalau mereka tahu di mana kubur saya,
    Jangan izinkan dia pegang batu nisan saya..."

    Saya pegang beliau saya berkata...

    "Bu...
    Jangan ngomong seperti itu,
    Bu..."

    Isteri saya menangis di sebelah,
    Anak saya menangis di sebelah memegang dia,
    Kami pegang dia...

    "Bu...
    Jangan ngomong seperti itu,
    Bu..."

    Dia geleng kepala,
    Rupa-rupanya itulah saat penghujung hayatnya,
    Akhirnya dia pun meninggal di atas ribaan saya di rumah sakit itu,

    Dia meninggal dalam pelukan saya,
    Saya doakan Ibu Hajjah Khalijah ini ruhnya mudah-mudahan bersama Salafusoleh,

    Sahabat,
    Bila kita masih ada ibu,
    Tolonglah taat pada ibu kita,
    Jangan durhaka pada ibu kita,
    Jangan tinggalkan dia di Panti Jompo,
    Saat ibu kita sakit kita jaga dia,
    Pijat-pijat kepala dan kaki ibu kita...

    Sahabat-sahabat coba tanya ibu kita...

    "Bagaimana penderitaan ibu saat mengandung saya dulu ?
    Bagaimana sakitnya ibu saat melahirkan saya dulu ?"

    Tanya ibu kita sahabat-sahabat sekalian...
    Kalau kita tanya sudah tentu air mata ibu kita akan jatuh,
    Karena itu sahabat-sahabat suapkanlah makanan pada ibu kita...

    Sahabat-sahabat semua...
    Selepas wafatnya ibu ini, ternyata berita kematiannya sampai juga kepada anaknya yang sulung,
    Anak dia terus telefon saya...

    Apa anaknya bilang pada saya...

    "Saya akan bawa anda ke pengadilan,
    Saya akan tuntut anda telah membawa keluar ibu saya dari dari Panti Jompo"...

    3 tahun dia titipkan ibunya di Panti,
    Dia tak pergi lihat,
    Sebab itu ibunya rindu,
    Hingga ibu itu tak bisa membedakan saya dengan anaknya...

    Akhirnya saya tunggu,
    Tunggu punya tunggu tidak ada kabar hampir setahun lebih,
    Saya pergi ceramah di Masjid di daerah pecinaan,
    Selesai saya ceramah datang seorang lelaki memeluk saya,

    Menangis dalam masjid,
    0rang dalam masjid heran,
    Ada apa ini,
    Saya tanya pada dia...

    "Pak,
    Ada apa ini ?
    Ada masalah apa...?"

    Dia berkata dalam keadaan menangis...

    "Ustaz...
    Tolong kasih tahu di mana makam ibu saya ustaz ?
    Tolong kasih tahu di mana kubur ibu saya ?"...

    Saya bilang...

    "Kenapa hari ini baru tanya kubur ibu kamu ?"...

    Dia bilang...

    "Tolonglah ustaz...
    Saya mau jumpa ibu saya ustaz,
    Sayalah orang yang bergelar Tan Sri yang mau menuntut ustaz saat itu...
    Saya sekarang ini sudah bangkrut ustaz,
    Isteri saya mati kecelakaan,
    Rumah disita bank,
    Mobil mewah saya semua dah disita bank,
    Tinggal 1 saja,
    Motor tua itu..."

    Saya berkata...

    "Saya bisa tunjukkan makam ibu kamu,
    Tapi dengan 1 syarat,
    Kamu jangan pegang batu nisan ibu kamu..."

    Sampai di pemakaman,
    Tak sempat saya turun dari mobil,
    Dia turun duluan,
    Saya lihat didepan mata saya sendiri dia jatuh tersungkur tangan nya menjadi hitam,
    Mulutnya tertarik sebelah yang tadi awalnya tangan dan mulutnya baik-baik saja,
    Sambil memanggil-manggil...

    "Ibu...
    Ibuuu...
    Ibuuuuu..."

    Tiba-tiba saya angkat dia tak jauh dari makam ibunya belum sampai ke kubur ibunya,
    Dia sudah hembuskan nafas terakhir disamping makam ibunya...

    Allahu Akbarrr...

    Mengucap panjang saya...
    Allah SWT tunjukkan kepada saya,
    Dikehidupan ini balasan anak yang durhaka pada ibu dan ayahnya,

    Semoga kisah ini menjadi pelajaran di luar sana,
    Ambillah iktiar dari kisah di atas,.

    "Dan apabila mata ibumu sudah tertutup,
    Maka hilanglah satu keberkatan disisi Allah,
    Yaitu doa seorang ibu"'


    Sekarang anda mempunyai 2 pilihan,
    1. Biarkan Tulisan ini berada di page ini supaya orang lain tidak membaca,
    2. Menyebarkan ke Teman yang lain dengan klik 'Bagikan' supaya orang lain ikut terinpirasi dan Inysa Allah mendapat pahala,

    Silahkan Di Share Ya...
    Semoga yang Klik Suka dan Share Akan Ditambahkan Rezekinya,
    Dan Diangkat Penyakitnya...
    Amin

    Mengatasi Rasa Was-was dalam Hati

    Mengobati Rasa Was-Was Syaithān


    Cara mengatasi penyakit rasa was-was dalam hati


    Saudaraku yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

    Anda pernah merasakan was-was  dari syaithān ketika berwudhu?

    Atau pernahkah Anda was was ketika tengah solat? 

     Ketahuilah, bahwa penyakit was-was merupakan penyakit yang biasanya dimulai ketika seseorang bersuci dari buang air kecil. 

    ⇒ Dia lama di dalam kamar mandinya.
    ⇒ Dia merasakan bahwasanya dia tidak bersih bersuci.

    Setelah itu, syaithān pun beranjak ke tingkat berikutnya; digodalah orang tersebut dari cara wudhū'nya. 

    ⇒ Dia selalu mengulang-ulang wudhunya. 
    ⇒ Dia merasa bagian tubuhnya ada yang tidak kena wudhū'. 

    Akhirnya diulang-ulang mungkin sampai berjam-jam, kemudian dia ulangi.

    Tidak sampai disitu, diajak lagi oleh syaithān ke tingkat berikutnya; diganggu shalatnya dari mengangkat takbiratul ihrām. 

    ⇒ Dia tidak sanggup (susah/berat) mengangkat takbiratul ihram. 

    Kemudian, syaithān-pun menggoda dia; setelah dia bisa mengangkat takbiratul ihram kemudian digoda bacaan Al Fātihahnya. 

    ⇒ Dia susah menyebut kalimat-kalimat Allāh (surat Al Fātihah) sehingga dia merasakan shalat begitu susah dan berat.

     Tidak hanya sampai situ; puncaknya syaithān akan menggoda (meragukan) keimanan dia, sebagaimana disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sebuah hadits: 

    "Sesungguhnya syaithān datang kepada kalian, kemudian dia mengatakan kepada kalian:

    'Siapa yang menciptakan kamu?'

    Maka orang itu akan menjawab:

    'Allāh lah yang menciptakan saya.'

    Kemudian kata syaithān: 

    'Siapa yang menciptakan Allāh?'."

    Kemudian kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

    "Jika salah seorang dari kalian mendapatkan demikian, katakan: 

    آمَنْتُ بِاللّهِ

    'Saya beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla'."

    Baca Juga: 


  • Jika Tak Direncanakan Usia Kita Makin Tak Produktif
  • Orang Dinilai Dari Sifatnya yang Menonjol

  • Penyakit was-was bukan penyakit sembarangan, melainkan penyakit yang sangat berbahaya sehingga bisa menggoda/mempengaruhi/mengganggu keimanan (keyakinan) seseorang tentang adanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

    Lalu, apakah solusinya? 

    Solusi/kiat agar kita terhindar (disembuhkan) dari penyakit ini?

    ■ PERTAMA | Hendaklah kita berdoa, memohon ampun dan meminta perlindungan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar di hindarkan dari penyakit ini.

    ■ KEDUA | Kita tidak mendengarkan (menuruti) bisikan syetan tersebut. 

    ⇒ Jika syaithān mengatakan kepada Anda bahwa wudhu Anda tidak sah maka jangan Anda dengarkan.

    Sesungguhnya syaithān adalah seorang pendusta dan musuh yang nyata bagi kaum muslimin.

    Maka ketika syaithān membisikan bahwa shalat anda tidak sah maka jangan Anda dengarkan, karena sesungguhnya itu adalah bisikan yang menipu.

    ⇒ Setiap kali Anda penuhi/turuti bisikannya, maka penyakit was-was Anda akan ditambah oleh syaithān.

    ⇒ Setiap kali Anda mengulang shalat Anda maka penyakit was-was Anda makin bertambah.

    ⇒ Setiap kali Anda tidak mendengarkan perintah/bisikannya, maka Allāh akan hilangkan penyakit itu dari anda

    "Jangan Anda dengarkan atau "iya" kan atau benarkan, apa yang dikatakan oleh syaithān."

    ■ KETIGA | Bacalah ayat-ayat suci Al Qurān. 

    ⇒ Sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits diantaranya kita disuruh: 

    ⑴ Membaca surat Al Ikhlāsh, surat Al Falaq, surat An Nās sebanyak 3 kali. 

    ⑵ Meludah di samping kiri kita. 

    ⑶ Mengatakan:

    "Āmantu billāh," 
    (Saya beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

    Dengan membaca do'a-do'a semacam ini, in syā Allāh kita dihilangkan dari penyakit was-was.

    ■ KEEMPAT | Yakin dan jangan pesimis. 

    ⇒ Janganlah Anda merasa anda orang yang paling dosa dan (telah) keluar dari agama Islam, karena sebagian syaithān membisikan bahwasanya Anda telah kufur akibat ada sesuatu yang ada di dalam hati Anda.

    Janganlah Anda pesimis, optimis lah dalam hidup ! 

    Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda: 

    إن الله تجاوز عن أمتي ما وسوست بهصدورها ما لم تعمل به أو تتكلم 

    "Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengampuni (memaafkan) segala suatu yang ada (bisikan) dalam hati seorang hamba selama dia tidak mengerjakan atau selama dia tidak berbicara."

    (Muttafaqun 'alayhi dari shahābat Abū Hurairah)

    Kaum Muslimin yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, 

    Itulah beberapa kiat-kiat agar seseorang terhindar dari penyakit was-was.

    Mudah-mudahan kita terhindar dan diselamatkan oleh Allāh dari penyakit yang berbahaya ini, sehingga bisa mengganggu keimanan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

    Aamiin..

    Mudah-mudahan bermanfaat.

    Cara Mengatasi Masalah Inner Child

    INNER CHILD KU = MASALAH TERBESARKU?
    By: Amalia Sinta

    Apakah inner child itu
    "Mbak Sin, aku udah baca teori parenting ini itu. Tapi kenapa aku masih gampang meledak-ledak ke anak ya? Padahal sebelum nikah, aku orang yang sabar. Sekarang anak bertingkah dikit, langsung aku bentak-bentak" 😭
    ♧♧♧

    "Aku nyesel banget abis cubit paha anak sampe dia nangis kejer, mbak. Aku marah karena dia buang-buang makanan yang udah capek-capek ku masakin. Dia bilang gak suka menunya. Tapi aku terlanjur kesel jadi aku paksa dia makan. Aduuh, aku kok jadi kaya mamaku ya mbak, yang dulu suka maksa dan cubitin aku biar mau makan.." 😣
    ♧♧♧

    "Hampir tiap malem aku ciumin anakku yang lagi tidur, mbak. Itu caraku minta maaf ke dia. Meski aku tau, itu gak bisa menghapus kesalahanku yang gak bisa nahan amarah dan suka hukum dia dikurung di kamar. Aku cuma pengen dia dengerin aku sebagai orang tuanya mba. Sebetulnya aku gak mau begitu. Karena aku tau rasanya gak enak banget, kaya yang dulu sering aku rasain saat dihukum ayahku.." 😢
    ♧♧♧

    Mengapa rasanya kita susah sekali untuk tidak marah ya? Padahal hanya untuk hal kecil. Seolah kata sabar hanya menjadi nasihat tanpa makna. Mengapa rasanya sulit sekali mengontrol emosi? Walau hanya untuk hal sepele. Seolah jawaban atas doa agar tak emosional tak kunjung datang.

    Bunda, Mungkin masalahnya bukan pada diri anak balita kita, yang memang sedang masanya bertingkah macam-macam. Mungkin masalahnya ada dalam diri kita sendiri. Mungkin inner child dalam diri kitalah yang bermasalah.

    INNER CHILD adalah sosok anak kecil yang ada dalam diri kita saat ini. Inner child menyimpan memori dan emosi tertentu atas sebuah kejadian di masa kecil. Inner child bisa positif yaitu sosok anak kecil yang menyimpan memori dan emosi tentang kebahagiaan, misal rasa senang gembira saat piknik dan tertawa lepas di saat itu. Inner child bisa pula negatif, yaitu sosok anak kecil yang menyimpan memori dan emosi negatif, yang sering disebut inner child yang bermasalah.

    Sosok inner child yang bermasalah ini bisa berupa anak di beberapa rentang usia, tergantung usia kita saat mengalami kejadiannya. Misal bisa berupa usia 3 tahun yang merasa kesepian karena tak mendapat cukup waktu, perhatian dan kasih sayang orangtuanya. Orangtuanya sibuk mencari harta, hingga lupa di rumah mereka punya harta paling berharga yang bernama anak.

    Bisa berupa anak usia 4 tahun yang memendam kesedihan dan kekecewaan pada orangtua yang terasa tidak adil. Dia tak pernah paham, kenapa menjadi kakak harus selalu mengalah. Dia tidak mengerti, kenapa benar ataupun salah, dia harus dihukum dalam kamar mandi yang terkunci karena berantem dengan adiknya. 😭

    Bisa berupa anak usia 5 tahun yang trauma atas bentakan dan pukulan dari ayahnya ataupun dibully teman sekolahnya. Si anak tak bisa mengerti, mengapa orangtuanya langsung berteriak marah saat melihat jam dinding sudah menunjuk ke angka tertentu. Dia harus segera memenuhi jadwalnya untuk mandi atau tidur, jika tidak, dia akan kena pukul Orangtuanya tak mau peduli, bahwa dia hanya butuh waktu sedikit lagi menyelesaikan susunan lego yang sedang dirangkainya dengan susah payah. Ia tak pernah diberi kesempatan untuk berpendapat.

    Dari kumpulan aneka peristiwa selama hidupnya ketika kecil, akan tercipta beberapa inner child yang bermasalah dalam diri seseorang. Ketika sekarang kita mengalami peristiwa yang sama, meski posisi kita sudah berubah jadi ibu, memori akan membangunkan lagi inner child yang lama tertidur. Dia akan marah, sebagai wujud ekspresi emosinya yang dulu tertahan. Maka kita menjadi ibu yang pemarah. Yang sebenarnya kita marah pada orangtua kita dulu, namun melampiaskannya ke anak kita sekarang. Anak akan jadi korban emosi orangtuanya, persis seperti kita dulu 😣

    Lalu bagaimana cara memutuskan mata rantai luka dan trauma masa kecil ini?
    Berikut cara self healing yang bisa dilakukan sendiri untuk menyembuhkan inner child yang bermasalah :

    1. PENERIMAAN

    Cara pertama untuk berdamai dengan inner child adalah dengan menerimanya. Menerima bahwa iya, kita di masa lalu pernah jadi 'korban', jadi anak yang dikasari, yang disakiti secara verbal ataupun fisik.

    Memang rasanya sungguh tidak enak. Rasa sedih, kecewa, marah, takut, kesepian, semua terasa menyesakkan dada. Tapi cobalah mengenali rasa itu lagi, terima bahwa kita memang pernah merasakannya. Menyangkalnya berarti sama dengan menyangkal keberadaan si inner child dalam diri kita.

    Bagaimana mungkin kita akan berusaha menyembuhkannya, bila kita tidak mau menerima keberadaannya? Selama ini mungkin kita tidak menyadari kehadiran inner child dalam diri kita. Sering dianggap tidak ada, ataupun merasa sudah sembuh sendiri karena kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu dan terlupakan.

    Tapi sebenarnya, rasa sesak itu masih ada. Hanya saja mengendap dalam hati terdalam. Dan sebenarnya luka tersebut masih terbuka. Maka saat ada kejadian yang sama terulang, luka itu naik ke permukaan. Rasanya sungguh pedih perih saat tertetesi emosi yang sama.

    Dan bila saat itu tiba, ketika kejadian yang sama terulang, ketika anak kita melakukan suatu kesalahan yang sama dengan kita dulu, maka rasanya emosi dalam diri langsung ingin meledak.

    2. KOMUNIKASIKAN KE DALAM

    Bila terjadi hal demikian, segeralah jauhi anak. Jangan bereaksi apapun padanya. Karena hanya penyesalan yang akan didapat. Masuk ke kamar, tutup pintu, pejamkan mata dan bicara ke dalam diri kita sendiri, lewat hati.
    Ingat-ingat, apakah ada memory yang sama, kejadian yang sama seperti ini, saat kita kecil dulu?

    Bayangkan inner child kita, panggil dia dan bicaralah dengannya. "Wahai diriku yang kecil, datanglah. Hadirlah, aku ingin menemuimu". Hati akan menuntun kita untuk menampilkan inner child sesuai masalahnya. Jika masalahnya adalah kesepian, inner child kita bisa berupa sosok anak yang sedang duduk memeluk lutut di pojokan yang gelap. Jika masalahnya adalah kekerasan dan kurungan, inner child kita bisa berupa sosok anak yang tengah terisak menangis ketakutan dalam kamar mandi yang terkunci. Jika masalahnya adalah kemarahan, inner child kita bisa berupa sosok anak kecil yang sedang memukuli tembok hingga tanggannya luka dan berdarah.

    Datangi perlahan, nyalakan lampunya. Belai lembut rambutnya. Katakan kau ingin menolongnya, menemaninya. Supaya dia gak sendirian. Katakan kau ingin mengobrol dengannya. Supaya dia gak kesepian. Awalnya mungkin dia akan diam saja. Tapi teruslah tersenyum padanya. Raih kepercayaannya. Bila dia mulai mau membuka mulut, sapalah perlahan.

    Kau : hai, apa yang lagi kamu rasakan?
    Inner child : dadaku sesak, jantungku berdebar, aku pusing.
    Kau : owh itu berarti kamu lagi marah. Marah sama siapa, kenapa?
    Inner child : sama mama. Aku habis dimarahi mama. Aku pasti dimarahin kalo minta main sama mama. Mama gak mau nemenin aku main. Jadi aku selalu sendirian.
    Kau : oowh gitu. Mama kemana?
    Inner child : Mama kadang kerja, kadang di rumah. Tapi kalau di rumahpun aku gak ditemenin. Selalu disuruh main sendiri. Mama di rumah masak terus, nyapu terus, nyuci terus..
    Kau : aduh, rasanya gak enak banget ya dimarahin dan selalu sendiri. Tapi sekarang ada aku yang nemenin kamu. Udah gak kesepian lagi kan.
    Inner child : iya, aku senang ada yang menemani..
    ♧♧♧

    Dengan berbicara pada inner child yang bermasalah, kita memberikan kesempatan padanya untuk bercerita. Dengan menanggapinya, kita membantu dia melepaskan emosi negatif yang selama ini mengurungnya. Setelah dia merasa lega, kita pun akan merasakan sebuah kelegaan. Satu kerikil dalam hati telah mampu disingkirkan.

    Terry Pratchett, seorang penulis novel fantasi terlaris pernah mengatakan :
    "Hello inner child, I'm the inner babysitter!"
    Rasanya tepat sekali kalau diri sendiri yang paling pas untuk menjadi pengasuh bagi inner child kita. Karena diri sendiri yang pernah merasakan emosi-emosi si inner child. Maka jadilah pengasuh yang memberikan perhatian, kasih sayang dan pelukan yang dulu tak pernah kita dapat dari orangtua..

    3. MEMAAFKAN

    Cara berikutnya adalah memaafkan perilaku kedua orangtua kita dulu yang kasar atau berlaku tidak baik saat kita kecil. Selain orang tua, maafkan pula nenek kakek om tante dan saudara kandung yang tinggal serumah. Karena mereka sangat mungkin berkontribusi menorehkan luka di batin kita. Memaafkan mereka sebetulnya bukan hanya demi kebaikan mereka. Tapi lebih kepada demi kebaikan diri kita sendiri.

    Amarah, apalagi dendam yang kita simpan dalam hati, bagaikan bara api yang hanya akan membakar diri sendiri. Maafkanlah kesalahan mereka. Mereka berlaku demikian bukan karena tidak sayang. Tapi karena ketidaktauan mereka tentang ilmu parenting, karena punya terlalu banyak anak tanpa bisa berbagi waktu dan perhatian yang adil, ataupun karena tekanan ekonomi.

    Beruntunglah kita yang kini hidup di jaman serba internet, dimana berbagai ilmu mudah diakses. Termasuk cara mengasuh anak. Lain halnya dengan orangtua kita. Dan besar kemungkinan, cara didik orangtua kita adalah warisan dari kakek nenek kita.

    Maka ucapkanlah pada diri sendiri berulang-ulang:
    "Ayah ibu, aku sudah memaafkanmu. Aku percaya kalian sungguh mencintaiku. Akan slalu ku ingat betapa besar jasa kalian merawat dan membesarkanku. Kesalahanmu dalam mengasuhku hanya karena ketidaktauanmu, bukan karena tidak sayang. Aku telah memaafkanmu".


    Masa lalu tak pernah bisa kita ubah. Tapi kita selalu bisa merubah sikap dalam menghadapinya. Maafkan ketidaksempurnaan masa lalu. Toh kita sudah diberi makan, diberi tempat tinggal dan disekolahkan oleh orangtua. Tanpa mereka, kita tak akan tumbuh besar seperti saat ini.

    4. MELEPASKAN

    Setelah memaafkan, rasakanlah beban berat itu akan menguap. Hati lebih ringan, pikiran lebih tenang. Lalu lepaskan sisanya. Lepaskan kenangan masa lalu yang menyakitkan itu. Supaya tak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang akan membuat kita berulang melakukan kesalahan yang sama.
    Tiap bayangan itu datang, alihkan dengan melakukan hal yang kita suka. Supaya suasana hati kita jadi senang lagi. Kemudian fokuslah ke masa sekarang dan masa depan.


    Lakukan rangkaian self healing ini secara rutin. Ulangi untuk memanggil inner child Anda. Lakukan di saat tenang, tidak ada orang. Bisa di malam hari saat semua tertidur. Bayangkan sosok anak kecil dalam diri anda. Bicaralah dengannya, tanyakan perasaannya. Ingat kembali memori yang menyesakkan hati. Urai satu persatu masalah yang belum terselesaikan. Ungkapkan satu persatu emosi yang masih tertahankan.

    Lakukan berulang hingga seluruh bayangan inner child yang tidak bahagia itu menghilang. Digantikan dengan inner child yang tersenyum, ceria, bersemangat dan bahagia.

    Martha Beck, seorang penulis lulusan Harvard University pernah mengatakan :
    "Caring for your inner child has a powerful and surprisingly quick result : Do It and the child heals"
    "Dengan merawat inner childmu, akan memberikan hasil yang luar biasa dan mengejutkan dalam waktu relatif singkat. Lakukan itu dan si anak akan sembuh."

    Maka rangkullah inner child kita, sembuhkan, dan kita akan melihat hasil yang menakjubkan. Diri ini akan lebih bisa memaklumi tingkah anak, akan tidak mudah marah dan hati terasa lebih damai.

    Namun bila Anda tak bisa menghadirkan inner child dan punya masa kecil yang sangat kelam, saya sangat menyarankan agar Anda berkonsultasi dengan psikolog, agar dibantu memanggil inner child yang bermasalah dan diharapkan dapat menyelesaikannya dengan baik, agar tidak mengganggu kehidupan Anda saat ini yang telah menjadi seorang ibu. Agar Anda tidak mewariskan kesalahan yang sama dalam mengasuh anak, yang akan terus menurun ke cucu Anda kelak.


    Sudah cukuplah anak kita merasakan juga sakitnya cubitan. Jangan ulangi lagi pukulan. Jangan biarkan dia merasa sendirian, tak didengar pendapatnya, diabaikan dan hidup dalam ketakutan atas bentakan dan makian.

    Ayo putuskan mata rantai inner child ini. Terima. Komunikasi ke dalam. Maafkan. Lepaskan. Maka masa lalu yang buruk itu akan menjadi pil pahit yang bisa menjadikan kita pribadi yang lebih kuat.

    Menjadi ibu yang tahu cara merawat anak dengan baik, tidak melakukan kesalahan yang sama. Yang lembut namun bisa tegas saat diperlukan, tanpa harus melukai perasaan maupun fisik anak. Kita bisa berdiri tegak sebagai ibu yang bahagia. Menjadi ibu yang sepenuhnya dicinta oleh anak-anak yang tak dibuat merana. Demi masa depan mereka yang istimewa.

    Selamat berjuang memutuskan mata rantai inner child ini bunda..
    Mari ciptakan memori masa kecil yang indah bagi buah hati kita

    Dan percayalah,
    Menjadi ibu itu jauh lebih menyenangkan
    Saat kita tak lagi dibayangi masa kecil yang menyedihkan..

    Untuk seluruh Ibu luar biasa di negri ini..

    Cara Menasehati Anak dengan Buku

    Cara Menasehati Anak dengan Buku - Salah seorang sahabat saya pernah mengeluh karena merasa sangat susah untuk menasehati anaknya. Anak sangat susah kalau diajak sholat tepat waktu.  Sudah berbagai macam jurus dan cara dicoba agar anaknya mau berubah.  Namun biasanya hanya berubah saat dinasehati saja.  Setelahnya kembali lagi kebiasaan menunda-nunda sholat.
    Cara Menasehati Anak Dengan Buku
    Cara menasehati anak dengan buku

    Cara Menasehati Anak dengan Buku - Beberapa pekan yang lalu sahabat saya mendapat kiriman buku dari kakaknya di Jakarta.   Karena belum ada waktu, buku itu ditaruh di atas meja di ruang tamu.  Ternyata anak beliau tertarik dengan judul buku yang memang sangat menarik itu.

    Cara Menasehati Anak dengan Buku - Tanpa diduga, beberapa hari kemudian terjadi perubahan yang sangat drastis pada anak itu.  Dia menjadi rajin sholat tepat waktu.  Rajin puasa Senin dan Kamis, sholat tahajjud dan sholat dhluha.

    Cara Menasehati Anak dengan Buku - Suatu hari anak itu cerita pada Uminya.  "Ternyata buku Umi tu bagus banget lho Mi" kata anak itu pada uminya.  "Bagus gimana Dik?" uminya memancing.  "Ternyata kalau kita menginginkan sesuatu tuh, yang pertama kali harus kita lakukan bukan memeras pikiran dan tenaga untuk mengusahakannya.  Tapi yang pertama adalah perbaiki hubungan kita dengan yang Maha menguasai segalanya" terang anak itu penuh semangat.  "Tahu kayak gini, aku beliin buku dari kemaren, Dik!" gumam sahabat saya dalam hati.  Kebetulan anak beliau ini sangat ingin kuliah di salah satu perguruan tinggi favorit di Jakarta.

    Cara Menasehati Anak dengan Buku - Mungkin ada diantara Anda yang mempunyai masalah yang sama dengan sahabat saya itu?  Kalau begitu bisa dicoba cara ini.  Belikan anak Anda buku positif yang menarik dan sesuai dengan usianya.  Semoga bisa merubah anak Anda menjadi lebih baik.
     
    Cara Menasehati Anak dengan Buku - Ada salah satu pepatah yang pernah saya baca di kantor salah satu kantor Rumah Zakat " Anda beberapa tahun lagi adalah buku apa yang Anda baca dan dengan siapa Anda bergaul hari ini". Jadi biasakanlah anak-anak kita dengan buku-buku positif yang akan membentuk dia menjadi pribadi yang positif. Selamat mencoba salah satu cara menasehati anak yang cukup ampuh ini.

    Cara Menguatkan Hafalan Anak Tanpa Melemahkan Kecerdasan

    Pendidikan Anak Usia Dini: Cara Menguatkan Hafalan Anak Tanpa Melemahkan Kecerdasan
    Cara Menguatkan Hafalan Anak

    Setiap anak yang lahir ke dunia ini membawa anugerah yang sangat luar biasa.  Dimanapun anak itu lahir, di rumah sakit mewah, di dukun bayi, di Paris atau di Ciamis, mereka mempunyai kecerdasan yang sama.  Cara orangtua mereka membesarkanlah yang akan membedakan seperti apa anak-anak itu kelak.

    Banyak sekali orang-orang besar yang lahir dari keluarga sederhana bahkan dari keluarga miskin.  Salah satunya adalah Imam Syafi’I yang merupakan peletak dasar ilmu-ilmu fiqih.  Beliau dilahirkan dan dibesarkan oleh ibunya yang miskin.  Beliau yatim sejak masih kecil.  Meskipun miskin harta tapi ibunya kaya iman dan kaya ilmu.  Ibunyalah yang selalu memberi inspirasi, semangat dan menunjukkan arah hidup.  Syafi’I kecil selalu diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an langsung dari lisan ibunya.  Tidak heran apabila pada usia 7 tahun beliau sudah hafal Al-Qur’an, 10 tahun sudah mempelajari ‘ulumul Qur’an dan pada usia 16 tahu telah memliki kelayakan untuk memberikan fatwa.  Orang-orang yang jauh lebih tua dari beliau banyak yang dating untuk meminta nasihat.

    Bandingkan dengan diri kita, di usia kita sekarang ini, masih sangat kurang pemahaman agama kita.  Apakah ada yang salah? Pasti ada yang tidak tepat dengan pendidikan kita.  Guru yang baik menerangkan, sehingga yang belum paham menjadi paham dan yang sudah paham menjadi lebih matang.  Guru yang lebih baik selalu memberikan contoh.  Guru yang terbaik akan memberikan inspirasi, menggugah semangat murid-muridnya untuk melakukan yang terbaik yang mereka bisa.

    Pertanyaan selanjutnya untuk kita adalah: Guru seperti apakah kita bagi anak-anak kita?  Apakah kita termasuk guru yang baik, yang lebih baik atau yang terbaik?  Atau jangan-jangan bukan ketiga-tiganya?  Jangan-jangan kita hanya mengenal “kata seru” dan “kalimat perintah” untuk anak-anak kita?  Jenis kata dan kalimat yang lain tidak kita kuasai.

    Hari ini betapa banyak beban hafalan yang harus dihafal anak-anak kita, sementara kita belum menjadi guru yang baik, lebih baik apalagi yang terbaik.  Kalau tidak bijak dalam melatih hafalan  justru akan mematikan kemampuan akal untuk berpikir.

    Mengajarkan anak menghafal banyak hal adalah sesuatu yang baik.  Tetapi harus kita perhatikan baik-baik cara kita merangsang anak-anak kita untuk menghafal.  Menghafal harusnya diawali dari pemahaman dan kecintaan terhadap ilmu yang dia pelajari.  Dari dua hal itu akan muncul semangat yang luar biasa untuk menghafal.  Jadi bukan semata-mata mengejar target yang kita (orang tua dan guru) bebankan kepada mereka.

    Imam Ghozali dalam kitabnya Ihya’ ‘Ulumuddin, berkata: “Hendaklah anak kecil diberi kesempatan bermain.  Melarangnya bermain dan menyibukkannya belajar terus-menerus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasannya dan membuatnya bosan dengan hidup, sehingga dia akan berusaha membebaskan diri dari keadaan sumpek ini.”



    Berbagai penelitian akhir-akhir ini menunjukkan betapa tepatnya nasihat Imam Ghazali tersebut.  Ternyata semangat yang membara untuk belajar, tujuan atau cita-cita yang kuat dan proses belajar yang menyenangkan jauh lebih berharga dibanding jumlah materi pelajaran yang mereka pelajari.  Anak-anak yang bersemangat, menghafal seribu kalimatpun tak masalah, tetapi anak-anak yang terbebani/tertekan oleh tuntutan orang tua atau gurunya jangan seribu kalimat, satu kalimat saja terasa berat baginya untuk menghafal.

    Kesimpulannya adalah bahwa yang paling penting kita lakukan adalah menggugah atau menumbuhkan semangat dan merangsang gairah mereka untuk belajar.  Kalau itu berhasil kita lakukan sampai kapanpun anak-anak kita tidak akan pernah berhenti belajar.

    Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol

    Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol
    Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol

    Penyebab Anak Ngompol

    Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol - Ngompol adalah sesuatu yang wajar untuk anak kecil (bayi dan balita).  Ngompol bisa terjadi saat anak sedang tidur ataupun saat terjaga. Sebagai orang tua, tugas kita adalah mengajarkan kepada anak-anak kita agar bisa buang kecil di tempat yang seharusnya (WC, toilet atau kamar mandi).

    Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol - Ada beberapa penyebab anak ngompol padahal usianya sudah seharusnya tidak ngompol lagi. Yang pertama karena kurangnya kebiasaan yang diajarkan oleh orang tuanya. Yang kedua karena faktor psikologis. Yang ketiga adalah karena adanya masalah pada kandung kemihnya.

    Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol


    Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol - Dalam kenyataannya ada anak yang baru umur dua tahun sudah tidak ngompol.  Tapi ada juga yang sudah SD bahkan SMP masih ngompol.  Hampir semuanya tergantung kebiasaan yang diajarkan oleh orang tuanya.  Ada beberapa cara agar anak tidak ngompol lagi
    1. Sedini mungkin latihlah anak dengan kebiasaan pipis di toilet.  Pada usia 18 bulan anak sudah bisa diajarkan/dibiasakan untuk pipis dengan jongkok di kamar mandi.  Bahkan di masyarakat Jawa ada yang sejak bayi sudah dibiasakan untuk tidak mengompol, yaitu dengan "ditatur" yakni bayi dipipiskan dengan jadwal yang teratur.
    2. Jelaskan kepada anak bagaimana rasanya kalau mau pipis, sehingga dia bisa mengenali tanda-tanda (apa yang dirasakannya) kalau mau pipis.  Jangan lupa jelaskan juga apa yang harus dia lakukan kalau terasa mau pipis.  Untuk anak 2-3 tahun bisa kita ajarkan agar ngomong kepada kita kalau mau pipis.  Sedangkan untuk anak diatas 3 tahun bisa mulai kita ajarkan untuk bisa melepas celana sendiri dan pergi ke kamar mandi.  Tentu saja masih dalam pengawasan kita ya..
    3. Jangan malas untuk menanyakan kepada anak, apakah dia terasa mau pipis? Misalkan "Adik mau pipis?".  Hal  ini penting karena anak kadang sudah terasa mau pipis tapi enggan untuk ngomong atau malas untuk ke kamar mandi.
    4. Kenali "jadwal" pipis anak.  Biasanya anak pipis dengan jangka waktu yang relatif teratur, misalkan 2 jam sekali atau 3 jam sekali, dsb.  Dengan begitu Anda bisa mengajak anak pipis kalau sudah mendekati "jadwal" dia biasa pipis.
    5. Berikan pujian jika anak tidak ngompol.  Hal ini akan memotivasi anak untuk tidak ngompol lagi.
    6. Berikan hukuman jika anak ngompol.  Misalkan suruh nyuci celananya sendiri yang kena ompol.  Hal ini agar dia tahu ada konsekuensinya jika dia ngompol.  tentu saja untuk anak usia 2-3 tahun ini belum perlu dilakukan.
    7. Agar anak tidak ngompol waktu tidur, biasakan anak untuk pipis sebelum tidur.
    8. Latih anak untuk bisa menahan sebentar pipisnya sampai di kamar mandi.  Cara ini akan melatih otot kandung kemih anak agar tidak langsung keluar ketika terasa mau pipis.
    Itulah beberapa Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Ngompol.  Semoga bermanfaat.

    Cara Agar Anak Betah Dirumah


    Banyak anak yang lebih senang bermain di rumah temannya daripada dirumah sendiri.  Kadang-kadang anak sangat susah diajak pulang atau dijemput.  Kadang orang tuanya sampai marah dan akhirnya anak menangis. Betul??

    Sebagai orang tua, tentunya kita ingin memberikan yang terbaik kepada anak kita.  Kita juga akan sangat sedih jika anak tidak betah di rumah.  Berikut ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar anak betah dirumah:
    1. Bangunlah keharmonisan keluarga.  Anak akan merasa nyaman berada dalam keluarga yang harmonis, saling perhatian dan saling menghargai.
    2. Biasakan berdialog dengan anak.  Jangan memaksakan sesuatu kepada anak (otoriter). Coba tanyakan kepada anak, apa yang dia butuhkan dan dia inginkan?  Apabila Anda belum bisa memenuhinya katakan dengan jujur dan minta maaf.  Apabila dia menginginka sesuatu yang akan berpengaruh negatif, beri penjelasan sesuai dengan usianya.  Misal dia mengatakan dia akan betah di rumah kalau dibelikan PS.  Berikan penjelasan baik-buruknya bagi anak.
    3. Bangun kedekatan dengan anak. Jadilah pendengar yang baik ketika anak sedang ingin bercerita.  Jadilah teman ketika anak kesepian.  Jadilah orang pertama yang memberikan nasihat ketika dia membutuhkannya.
    4. Buatlah permainan kreatif bersama anak.  Kadang anak lebih betah di rumah teman karena mainannya lebih banyak.  Jangan terpancing untuk membelikannya mainan yang lebih banyak.  Ajaklah anak membuat permainan yang kreatif seperti tebak kata, pantomim, dan lain-lain.
    5. Minta anak mengajak teman-temannya ke rumah.  Anak juga perlu bersosialisasi.  Kadang mintalah anak Anda untuk mengajak teman-temannya ke rumah.  Disamping anak jadi lebih betah di rumah, kita juga lebih bisa memantau.
    6. Buatkan kamar pribadi.  Dengan memberikan kamar pribadi kepada anak maka anak akan lebih nyaman untuk menumpahkan kreasi-kreasinya tanpa merasa terganggu.  Berikan kebebasan untuk memilih warna cat kesukaannya.  Biarkan dia menata kamarnya sendiri sehingga dia merasa betah.
    7. Fasilitasi kegiatan positif yang diminati anak.
    8. Doakan.
    Semoga bermanfaat. 
     

    Cara Mengatasi Anak Saat Merengek

     
    Hmm... dua hari nggak nulis di blog ini rasanya kangen juga.   Sahabat Rumahku Surgaku, tulisan ini berawal dari pengalaman saya sendiri yang kesulitan kalau mengahadapi anak saya ketika merengek minta sesuatu.  Respon kita yang belum paham ilmunya biasanya ada dua.  Pertama, emosi dan memarahi anak atau yang kedua menuruti permintaan atau kemauan anak supaya dia lekas diam.  Betul???  Hmmm... Pengalaman pribadi.

    Penyebab Anak Merengek dan Solusinya

    Sebelumnya kita perlu mengetahui dulu mengapa anak-anak kita merengek. Ada beberapa penyebab anak merengek dan bagaimana cara mengatasinya:
    1. Minta Diperhatikan.  Biasanya dialami anak yang kurang perhatian orangtuanya. Bisa karena kesibukaannya atau karena belum tahu bagaimana memperlakukan anak dengan penuh perhatian.  Sering kita sebagai orang tua kurang menanggapi apa yang dikatakan anak, karena kita menganggap itu tidak penting,  Padahal bagi merka itu sangat penting.  Coba bayangkan kalu kita yang menjadi mereka, dongkol kan?  Karena mereka belum punya cara yang lain akhirnya mereka merengek.  Solusi:  Ajak anak bicara, rendahkan tubuh kita agar sejajar dengannya.  Dengarkan apa yang ia sampaikan dan respon dengan lembut dan beri penjelasan dengan baik.  Belajarlah untuk segera merespon ketika anak minta sesuatu, walaupu hanya minta perhatian.  Anak yang merasa kebutuhannya untuk diperhatikan terpenuhi, tidak akan merengek lagi.
    2. Telalu sering dilarangAnak yang sering dilarang akan cenderung sering merengek.  Hal ini karena mereka merasa frustasi menghadapi orang tuanya karena sedikit-sedikit melarang.  Padahal mereka perlu mencoba banyak hal untuk berkembang dan mereka merasa enjoy dengan apa yang mereka lakukan.  Sebagai "strategi" mereka biasanya merengek untuk meluluhkan hati orang tuanya.  Solusi :  Berikan kebebasan anak untuk bereksplorasi dengan melakukan banyak hal sehingga dia akan merasa mempunyai wewenang atas dirinya sendiri dan akan membuatnya menjadi lebih percaya diri.  Anak yang merasa kebutuhannya untuk berekspresi terpenuhi akan merasa nyaman dan tidak akan merengek lagi.
    3. Mereka memang benar-benar menginginkan sesuatu.  Kadang anak merengek karena memang benar-benar menginginkan sesuatu (bisa dari keinginannya sendiri atau karena pengaruh teman atau lingkungan) dan merasa bahwa kita tidak akan memenuhinya.   Solusi  :  Cobalah ajak dia untuk berdialog tentang apa yang dia inginkan.  Tanyakan kepadanya apa pengaruh posifnya kalau dia mendapatkannya.  Tanyakan juga apa pengaruh negatifnya.  Kalau sesuatu yang diinginkannya itu memang berdampak negatif, tekankan hal itu.  Misalkan anak minta dimasakin mie instan.  Jelaskan apa pengaruh negatifnya pada kesehatan, dengan contoh-contoh yang mudah dipahami anak.
    Semoga manfaat.
    http://jendelamalika.blogspot.com/2014/02/cara-agar-sabar-dalam-mendidik-anak.html

    Cara Agar Sabar dalam Mendidik Anak



    Beberapa waktu yang lalu ada pengalaman yang sangat tidak enak yang saya alami.  Saat itu saya mengajak anak saya yang berusia 5 tahun untuk sholat maghrib.  Di luar dugaan saya, ternyata dia menolak dengan kalimat-kalimat bantahan.  Tanpa saya sadari emosi saya terpancing.  Terjadilah peristiwa yang saya sangat tidak harapkan (gak sampai memukul sih..).

    Saya sangat menyesali kejadian tersebut.  Tapi sisi positifnya adalah saya menjadi termotivasi untuk meningkatkan ilmu agar bisa sabar dan bisa mengatasi  apabila hal itu terjadi lagi.  Beberapa hari saya mencari-cari solusi untuk mengatasi agar peristiwa seperti itu tidak terulang lagi, saya mencari di buku-buku yang saya miliki dan tanya-tanya "eyang google".

    Niat Baik Saja Tidak Cukup

    Setelah saya mencari kesana-kemari, sampailah saya pada kesimpulan bahwa dalam mendidik anak "niat baik saja tidaklah cukup".  Ingat peristiwa di awal tadi? jelas niat saya adlah baik yaitu mengajarkan anak saya agar terbiasa mendirikan sholat.  Tapi apa yang terjadi adalah emosi yang muncul dan akhirnya anak malah menangis dan dengan terpaksa mengerjakan sholat.
    http://jendelamalika.blogspot.com/2014/01/mendidik-anak-sholat-lima-waktu.html

    Kalaupun anak saya akhirnya sholat juga itu jelas dengan tidak rela/tidak ikhlas.  Dia hanya takut karena ada saya.  Seandainya saya tidak ada kemungkinan dia tidak sholat.  Kalau kita paksa anak untuk melakukan atau meraih sesuatu yang kita harapkan dia lakukan, menurut Ustadz Fauzil Adhim kita akan menjadi ibarat anjing penjaga bagi dia.  Anak-anak melakukan sholat/belajar bukan karena kesadaran atau karena mengharap ridhlo Allah, tapi karena terpaksa.

    Semangati!!  Jangan Bebani

    Kalau semangat yang kita tanamkan kepadanya, ia akan senantiasa memiliki energi dan kesegaran untuk melakukan segalanya untuk mengejar cita-citanya.  Semangat bisa kita tanamkan dengan penjelasan yang benar-benar jelas (sesuai umurnya) kenapa dia harus melakukan suatu pekerjaan.  Gambarkan dengan jelas apa keuntungannya, apa yang akan dia dapat jika dia melakukannya.  Gambarkan juga dengan sejelas-jelasnya apa akibat atau kerugian-kerugian yang akan dia alami.
    http://jendelamalika.blogspot.com/2014/02/cara-memberikan-pendidikan-terbaik.html

    Kembali ke topik awal, bagaimana sih agar tidak emosi dan bisa sabar dalam mendidik anak.  Ada beberapa hal yang penting untuk kita para orang tua dalam melatih diri dalam upayameningkatkan pengendalian emosi, diantaranya:
    1. Sadari bahwa anak merupaka amanah dari Allah yang harus kita sayangi dan kita didik sesuai dengan keinginanNYA.
    2. Bila kita belum siap untuk menghadapi perilaku anak yang sedang marah-marah, berteriak-teriak atau menangis atau perilaku tantrum lainnya, lebih baik kita menyingkir dulu. Tenangkan diri kita dahulu.  Segera pindah dari hadapan anak dan lakukan aktivitas yang bisa menenangkan hati dan membuat kita lebih siap menghadapi perilakunya.  Bisa dengan ambil wudhlu, sholat sunnah 2 raka'at, berdzkir atau yang lainnya yang menenangkan hati kita.
    3. Ketika anak sedang marah atau tantrum, jangan nasehati panjang-lebar. Tidak akan didengarkan.  Kita cukup memasang wajah datar dan abaikan segala perilakunya.  Nanti setelah dia tenang baru kita rengkuh dan peluk dia erat-erat dan katakan bahwa kita betul-betul menyayanginya.  Katakan juga perasaan kita jika mereka berperilaku seperti itu.  Berikan apresiasi jika dia menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik.
    4. Slalu tambah ilmu-ilmu tips/cara mendidik anak atau cara menghadapi anak dalam berbagi situasi.  Dengan ilmu segalanya menjadi lebih mudah.  Kalau kurang ilmu biasanya emosi yang ditonjolkan.
    5. Perbaiki ibadah kita.  Dengan memperbaiki ibadah kita maka kontrol emosi kita akan lebih baik.  Perkataan kita juga akan lebih didengarkan anak pabila kita istigomah mendirikan sholat malam.
    6. Selalu do'akan anak-anak kita dan jangan lupa berdo'a juga agar kita diberikan kesabaran dalam mendidik anak-anak kita.

    Cara Memberikan Pendidikan Terbaik Kepada Anak


    Pengorbanan seorang ibu yang mengandung selama sembilan bulan dengan beban berat sejak awal kehamilan, harus diimbangi dengan sebaik-baiknya.  Ini agar setiap anak bisa menjadi pembuka pintu surga yang tinggi bagi dirinya dan bagi orang tuanya. Setelah anak kita lahir, dia masih memerlukan tenaga, kasih sayang dan pengorbanan kita.  Tidur kita jadi kurang, kadang kesehatan juga terganggu, dan pengorbanan-pengorbanan yang lain. Semuanya tidak akan pernah cukup untuk menghargai karunia Allah yang bernama "Anak".

    Makanya Anak-anak kita harus kita antarkan menuju masa depan sebagai hamba yang banyak bersujud kepadaNya.  Apapun yang ada padanya, kepada Allah dia abdikan.

    Memberi nama adalah juga merupakan pendidikan anak yang paling awal.  Pastikan kita memberikan nama yang baik kepada anak kita, karena nama yang baik juga akan menjadi motivasi sendiri bagi anak.  Nama juga merupakan do'a.

    Tetapi nama yang baik saja tidaklah cukup untuk mengantar anak ke gerbang kesuksesan. Nama yang memuat cita-cita besar hanyalah permulaan.  Harus ada bekal yang kita berikan kepada anak kita agar kuat jiwanya, lembut hatinya, keras kemauannya, tangguh mentalnya dan bersemangat dalam hidupnya.  Kita harus asah pikirannya, sentuh perasaannya dan kita kuatkan jiwanya.

    Kecerdasan saja juga tidak akan cukup jika kita ingin mempersiapkan anak-anak kita mampu mengemban amanah pada zamannya.  Sekadar cerdas saja juga tidak cukup jika kita inginkan anak-anak yang mampu menggenggam dunia di tangannya dan memenuhi hatinya dengan Iman.  

    Oleh karena itu menjadi orangtua harus mempunyai bekal ilmu yang memadai.  Memasukkan mereka ke sekolah unggulan atau memberikan uang dan materi yang banyak juga tidaklah cukup untuk membuat anak kita menjadi manusia unggul.  Sangat banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.

    Uang memang bisa membeli kasur yang empuk, tetapi uang tidak bisa membeli tidur yang nyenyak.  Uang juga bisa membeli rumah yang lapang, tetapi tidak bisa membeli kelapangan hati untuk tinggal di dalamnya. Dengan uang kita juga bisa membelikan mereka televisi yang besar untuk menghibur mereka, tetapi bukan kebesaran jiwa untuk memberikan dukungan ketika mereka terjatuh.

    Betapa banyak anak yang rapuh jiwanya, mudah terpengaruh oleh lingkungan dan mudah goyah.  Padahal mereka tinggal di rumah yang sangat kokoh bangunannya.  Mereka mendapatkan apa saja dari orang tuanya, kecuali perhatian, kasih sayang dan ketulusan.

    Mungkin kita sudah merasa memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak kita dengan menyekolahkan mereka di sekolah-sekolah unggulan.  Padahal yang sebenarnya terjadi adalah anak-anak itu sedang dilemahkan jiwanya, karena tidak pernah menghadapi tantangan, dukungan, dorongan dan apresiasi yang seimbang.  Mereka menjadi seperti ayam potong yang mudah patah jika terkena angin sedikit saja.

    Banyak waktu, tenaga dan biaya yang sudah kita habiskan untuk membesarkan anak-anak kita.  Pastikan kita luruskan niat kita dan perbanyak ilmu kita untuk mngantarkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, sholih, mempunyai percaya diri yang tinggi dan kokoh imannya.  

    Setiap tahap perkembangan anak memerlukan perlakuan yang berbeda-beda pula.  Sebagai orang tua kita harus terus belajar agar bisa mengasuh dan mendidik mereka dengat tepat. Segalanya menjadi mudah kau kita tahu ilmunya.


    Mengapa Waktu Semakin Cepat Berlalu

    http://jendelamalika.blogspot.com/2014/02/menata-hidup-dengan-manajemen-waktu.html
    "Tak terasa ya Bu, sudah awal bulan lagi" atau  "tak terasa ya Pa, anak-anak kita sudah besar" Mungkin Kita pernah berkomentar seperti itu atau mendengar orang lain mengatakan seperti itu?  Mungkinkah itu hanya perasaan kita saja?

    Ternyata tidak!  Setiap orang memang benar-benar merasakan bahwa waktu semakin cepat berlalu.  Penelitian tentang ini memang belum banyak diungkap.  Tetapi seorang cendikiawan muslim asal Turki Harun Yahya menemukan bukti ilmiah bahwa telah terjadi peningkatan Resonansi Schumann.  Pada tahu 1950 diukur pada skala 7,8 hertz dan pada tahun 1980 telah berada diatas 11 hertz.

    Resonansi yang terletak diantara permukaan bumi dan lapisan ionosfer konduktif ini sangat berperan penting terutama dalam menjaga bumi dan semua kehidupan di bawahnya.  Juga sangat berpebgaruh pada percepatan waktu di bumi.

    Belum ada penelitian ilmiah yang bisa menjelaskan kenapa terjadi kenaikan resonansi schumann ini.  Tetapi, sejak 14 abad yang lalu Rasulullah SAW telah mengingatkan kita akan adanya percepatan waktu sebagai salah satu tanda semakin dekatnya hari kiamat.

    "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga waktu saling mendekat, maka jadilah setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan  sepekan, sepekan bagaikan hari Jum'at, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma (sangat cepat)"  (HR ahmad dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani).

    Maka tidak heran jika rasanya baru saja tahun 2013, tahu-tahu kita sudah berada di 2014.  Rasanya baru saja shalat maghrib, eh tahu-tahu sudah adzan 'isya, dan sebagainya.  Bahkan tahun-tahun mendatang akan lebih cepat lagi berlalu.

    Jadi Pantaskah apabila momen pergantian tahun atau momen bertambahnya umur (ulang tahun) dirayakan dengan hura-hura, pesta-pesta, membeli mobil baru atau yang sejenis dengan hal itu?  Padahal kita belum tentu meningkatkan kualitas kita menghadapi hari-hari ke depan, apatah lagi mempersiapkan diri untuk hari kiamat yang pasti datangnya.  Alangkah percaya dirinya kita.

    Mungkin Anda pernah membaca kisah tukang kayu yang mengeluh kepada majikannya karena dari hari ke hari semakin sedikit pohon yang bisa dia tebang.  Majikannya hanya bertanya: "Memangnya kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu?"  Penebang kayu bingung sambil menjawab: "Saya tak punya cukup waktu untuk mengasah kapak, Pak, saya sangat sibuk menebang pohon."

    Kita mengakui waktu begitu cepat berlalu.  Rasanya 24 jam tidak cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan kita.  Akibatnya kita lupa untuk meng-upgrade diri kita, karena sibuk, sibuk dan sibuk.  Akhirnya kita menemukan diri kita tahu-tahu sudah tua, kesehatan menurun, ibadah sudah tidak sekuat dulu lagi, otak sudah mulai pikun, otot sudah melemah.
    http://jendelamalika.blogspot.com/2014/02/rehat-sejenak.html

    Cepatnya pergantian waktu adalah peringatan makin dekatnya huru-hara kiamat.  Oleh karena itu kita harus mengasah "senjata" kita untuk menghadapinya.  Sediakan waktu untuk "mengasahnya" dan jangan habiskan waktu hanya untuk kesibukan-kesibukan dunia kita.



    Isi Waktu Luang Dengan Berbuat Kebaikan!!!

    Beberapa hari ini kebetulan saya punya waktu nganggur yang agak banyak.  Ternyata bete juga ya kalau nggak ada kerjaan.  Buka-buka lemari buku tiba-tiba ingat bukunya DR. 'Aidh Al-Qarni, yang mungkin sebagian sahabat sudah punya atau sudah pernah baca juga ya.  

    Ada tulisan yang sangat menarik perhatian saya seketika itu juga yaitu "Saat paling berbahaya bagi akal adalah ketika pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa.  Orang seperti itu, ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri.  Orang ini biasanya akan mencari teman untuk bergosip dan menebar issu yang tak bermanfaat.  Itu karena akal pikirannya melayang-layang tak tahu arah".  He..he.. jadi tersindir dan tersadar ni...

    Beliau melanjutkan tulisannya dengan menasihati kita "Bila suatu hari Anda mendapati diri anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, karena dalam keadaan kosong seperti itu pikiran akan melayang kemana-mana.  Mulai dari mengingat masa lalu, mencemaskan masa depan yang belum tentu anda alami, menyesali masa kini, dll.  Itu membuat akal pikiran kita tak terkendali dan mudah lepas kontrol.  Yang harus segera kita lakukan adalah segera sibukkan diri dengan amalan-amalan yang bermanfaat.  Membiarkan diri dalam kekosongan sama saja dengan bunuh diri dan merusak diri dengan narkoba".

    Waktu kosong itu tak ubahnya seperti siksaan halus penjara di Cina yakni: menempatkan narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan air satu tetes tiap menit selama bertahu-tahun.  Dalam masa penantian yang panjang itu biasanya seorang narapidana akan menjadi stress dan gila.

    Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong itu adalah pencuri yang culas.  Akal adalah mangsa yang empuk bagi keduanya, yang siap-siap menerkam dan mencabik-cabik.

    Bangkitlah sekarang juga, kerjakan apa saja yang bermanfaat untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain.  Sholat, baca buku, mengkaji, menulis atau apa saja yang penting bermanfaat dan jangan sampai menganggur.

    Bunuhlah setiap waktu luang dengan 'pisau' kesibukan!  Dengan cara ini Kita telah mencapai 50% kebahagiaan.  Lihatlah para petani, penggembala atau buruh-buruh yang dengan ceria mendendangkan lagu-lagu sambil bekerja.  Sangat berbeda sekali dengan orang yang tidur-tiduran di ranjang yang empuk, tetapi hatinya selalu gelisah dan terus menyeka air mata kesedihan.






    Flag Counter

    Daftar Isi